Verhalen archief
Stichting Niet te Kraken

Pada tanggal 7 Mei 1978 Go Ahead Eagels berangkat ke Indonesia selama 14 hari. Semua pemain tim A berangkat kecuali dua pemain; Mario Vušković langsung berangkat liburan ke kampung halamannya di Yugoslavia setelah liga berakhir, sedangkan Dick Schneider (pemain pinjaman dari Feyenoord) sedang melakukan negosiasi dengan Go Ahead Eagles untuk pindah permanen ke Deventer. Skuad itu dilengkapi lima pemain dari tim lapis dua, yang biasa disebut skuad C. Penjaga gawang Arjan Kluitenberg juga Louis van Nuissenburg, Harry Oosterwijk, Harry Roseboom dan Henk Seubers.

Bob Maaskant yang pada waktu itu adalah suksesor dari Peter Stephan yang pidah ke Feyenoord, bertugas sebagai pelatih sepanjang tur. Kontrak Henk van Brussel, yang notabene adalah pelatih interim di Eredivisie (Wiel Coerver berhenti karena operasi jantung), tidak diperpanjang. Pelatih ini juga tidak hadir lagi. Grup pada tur ke Indonesia ini juga berisi anggota dewan direksi Eggink dan Bouvy, Dokter tim Ab Rozijn dan fisio Jan Ebbink. Ada lima pertandingan dalam jadwal, setelah akhir liga yang jarang-jarang bisa sangat menarik dan menggairahkan, perjalanan ini juga menjadi waktu bersantai yang menyenangkan.

Stichting Niet te Kraken
Go Ahead Eagles bersantai di Jakarta. Dari kiri: Ab Rozijn, Jan Ebbink, pemandu Indonesia, dan John Oude Wesselink. Foto: Koleksi Louis van Nuissenburg.

Go mendarat di Jakarta, dimana dua pertandingan akan dilaksanakan. Lawannya adalah Timnas B, sebelum dua hari kemudian akan melawan Timnas A. Kedua pertandingan akan diadakan di Stadion Utama Senayan yang megah (sekarang bernama Gelora Bung Karno), yang pada waktu itu memiliki kapasitas 120.000 penonton. Harga tiket masuk adalah: Rp.5.000 (VIP Barat), Rp.2.500 (VIP Timur), Rp.1.500 (Kelas 1), Rp.750 (Kelas II), dan Rp.300 (Kelas III). Harga yang menarik pada masanya. Sebagai perbandingan, tiket untuk pertandingan Persija Jakarta, yang saat ini berkandang di Gelora Bung Karno pada tahun 2018 bervariasi antara Rp.200.000 (VIP Barat) sampai Rp.65.000 (kategori III), sekitar € 12,- sampai € 3,90.

Tanggal 10 Mei, pada pert pertama melawan Timnas B (panitia menyebutnya Timnas Banteng) dihadiri 100.000 penonton, seperti dikabarkan oleh Surat Kabar The Deventer Daily. Kehadiran ratusan ribu penonton tidak membuat Go Ahead Eagles tertekan, karena pada saat jeda turun minum skornya adalah 1-3, dan papan skor setelah 90 menit menunjukan 2-7. Harian Kompas menulis timnas dicukur habis-habisan, yang mana tidak terlalu bisa diterima, karena timnas sedang bersiap untuk Asian Games. Koran Kompas menyalahkan fakta bahwa pemain timnas masih muda-muda dan kerjasama tim yang perlu ditingkatkan. Tim dari Liga Eredivisie Belanda, dengan kemampuan teknik yang lebih baik, postur tubuh yang lebih kuat, dan organisasi permainan yang baik, terlalu jauh dari jangkauan timnas. PSSI tidak punya solusi untuk membendung permainan operan cepat Kesebelasan dari Belanda itu. Timnas selalu berada di bawah terkanan yang berat, meski tetap bisa membuat peluang sesekali.

Di kesebelasan Go Ahead Eagles, Kees van Kooten duduk di bangku cadangan sepanjang pertandingan, setelah cedera yang hampir saja mempertaruhkan hasil pertandingan lawan FC Amsterdam. Gol pertama tercipta saat pertandingan baru berlangsung 4 menit. Sayap kiri Jo Körver berhasil melepaskan diri dari kawalan lawan kemudian menendang bola melengkung ke pojok kiri atas gawang kiper Purwono, yang malah melompat ke bawah, menggunakan kaki kanannya. Joko Malis mencetak gol penyeimbang pada menit ke 15 melalui tendangan voli menyambar umpan silang Hadi Ismanto. Tujuh menit berselang, blunder Purwono membawa Go kembali unggul melalui tendangan jarak jauh Wim Woudsma. Körver mencetak gol ketiga klub dari Deventer ini sebelum jeda babak pertama.

Lima belas menit setelah babak kedua Go Ahead Eagles kembali beraksi, Stef Walbeek menyundul bola masuk ke gawang, menuntaskan asis dari Martin Koopman. Kemudian segalanya seperti berlangsung cepat. Dalam waktu singkat Go mencetak tiga gol, Jan Groeneweg (sekali dengan sundulan saat tendangan penjuru dan sekali setelah sebuah umpan silang yang gagal) dan Teun Kist sebagai aktornya.

Stichting Niet te Kraken
Berita dari Kompas bertanggal 11 Mei 1978 dengan foto salah satu gol dari Jan Groeneweg.

Formasi Go Ahead Eagles: Nico van Zoghel (Arjan Kluitenberg); Martin Koopman, Teun Kist, Stef Walbeek (Bert Strijdveen), Dwight Lodeweges; Jacques van der Pas, Henk Seubers (Harry Roseboom), John Oude Wesselink (Harry Oosterwijk); Jan Groeneweg, Wim Woudsma, Jo Körver

Go Ahead Eagles menginap di Sahid Jaya Hotel Jakarta. Para pemain berpesiar ke Kota Tua Jakarta, yang masih memiliki banyak peninggalan dari masa ketika Jakarta (Batavia) menjadi pusat VOC di Asia. Mereka juga berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah, taman bermain dan museum terbuka di Ibukota Indonesia, dimana ditampilkan berbagai budaya dari seluruh negri.

Stichting Niet te Kraken
Stef Walbeek, dokter tim Ab Rozijn dan Louis van Nuissenburg berada di hotel. Foto: Koleksi Louis van Nuissenburg.

(Terimakasih kepada: Ali Buschen dan Edwin Klok – Bersambung.)